When I started to go and visit Bu Nani, I didn’t really have any expectations, all I knew was I was regularly crying. I cried when I was asleep, when I was in the shower, driving, even in the middle of cooking. I have this deep sadness in me that rots me inside. When I first met her, I wanted to reveal one of the biggest secrets in my life, but we ended up just talking about normal stuff. She asked me normal questions and I answered with normal answers. Somehow, someway, these normal conversations got the water in my eyes flowing like a river. Weeks went by where I talked and talked, while she was just sitting there to listen and listen. Until one day, I looked back and realized how broken I had been and how much healing had been done. Only because she listens and tries to understand. I was also helped by attending more of my church sermons, the Pendalaman Alkitab and the Doa Pagi, and started to socialize more with good people. After around three months, she started to give me mental tools to help me face my challenges on my own. These tools are a way of thinking and some basic principles on psychology. They help me to slow down and to ask myself the right questions. Everyday, I have tons of conversations with myself in my head and sometimes it can get too intense. These tools help me to sort my brain and direct those conversations into a more productive and healthy discussion.  It’s been seven months now and I've never been more grateful with my life. I started to enjoy life. I started to talk with my mom. I started to want to forgive people that I never want to forgive. I started running again and enjoyed the heavy breaths. I started playing music again. I start to see people as people. I learned that life is filled with sadness, it’s filled with emptiness, and anger, but also joy. Love, joy, patience, and kindness is here for us to experience and to be grateful for.

Awal saya konseling disini, saya agak ragu karena ketidak percayaan saya akan orang lain, karena pernah mengalami kebocoran informasi selama menjalankan konseling ditempat lain. Tetapi ketika saya menjalani konseling saya di tempat ini, saya bertemu dengan konselor yang sabar, dan waktu itu masih covid, jadi saya menjalaninya secara online (Zoom). Saya bisa lebih mengekspresikan emosi saya yang dari dulu saya pendam, dan lebih bisa menjadi orang yang lebih dewasa dalam menghadapi masalah. Konselornya juga sabar, dan bisa mengerti saya, walaupun saya sendiri kurang bisa mengerti diri saya sendiri. Jadi konseling ini sangat membantu saya untuk mencari tahu jati diri saya, dan membantu saya melewati setiap masalah yang saya hadapi setiap harinya. (UR – remaja putri, 15 tahun)

Melalui konseling, kami sungguh sangat terbantu untuk hubungan kami dan banyak mengajarkan kami dalam menghadapi masalah kami yang tdinya emosi tinggi bisa mereda. Pesan kami: jangan pernah takut akan bnyk nya masalah dalam rumah tangga,karena dari masalah yg kita hadapi kita bisa dapat lebih saling memahami pasangan kita. Terima kasih I Care Counseling. (PC, suami - 34 tahun dan NT, istri - 36 tahun)

aku SB ingin menyampaikan rasa terima kasih banyak kepada ibu Nani, yang mana berkatnya saya jadi jauh lebih baik dari sebelumnya, sebelumnya saya mengalami mental down disaat saya kuliah dan merantau, saya merasa gelisah setiap hari selalu nangis saya juga mengalami homesick dan sempat ingin berhenti kuliah. Namun saya putuskan untuk tetap berjuang saya mencari tempat konseling dan akhirnya bertemu dengan ibu Nani dan berkat ibu juga saat ini saya masih melanjutkan kuliah, lebih bisa mengkontrol emosi dan rasa panik saya, terima kasih banyak ibu. (SB, - pemudi, 20 tahun)

Pertama, saya konseling dengan bu Nani dikarenakan saya dalam waktu dekat harus menghadapi operasi dan saya sangat takut menghadapinya, ditambah saya juga ada gangguan OCPD. Karena ada ketakutan, hidup saya jadi tidak bahagia dan saya ingin mencari kebahagiaan dalam hidup. Melalui konseling dengan Bu Nani, saya mendapat inspirasi dari Bu Nani perihal operasi. Seperti contohnya: saya takut dengan lampu saat mau naik ke meja operasi. Sedangkan bu Nani berkata bahwa lampu itu Bu Nani artikan sebagai penerang yang sangat terang, agar memudahkan dokter saat menjalani operasi dan tidak salah melakukan tindakan, jadi lampu bukan hal yang menakutkan, tetapi lampu adalah hal yang justru sifatnya mengamankan. Bu Nani juga menceritakan pengalamannya menghadapi operasi sehingga saya bisa belajar dari orang yang sudah pernah menjalani operasi sebelumnya sehingga semakin siap menghadapi operasi.